KOPI KOTHOK

Kamis, 13 Mei 2010

PELAJARAN SENI


"belajar seni ...
benarkah hanya sebegini?
melihat, mendengar, dan menghafal ...
lalu mencoba.

sampai hari ini ada yang tidak beres rupanya.
pelajaran kesenian layaknya basa-basi yang tak kunjung usai.
sekadar mengulang kurikulum dan waktu demi waktu
yang tidak berisi apa-apa selain menambah kepiluan menjadi murid.

guru kesenian seringkali bilang, "pelajaran kesenian adalah pelajaran nuansa dan cita-rasa"
tapi sampai hari ini murid hanya diperlihatkan 'cabe', diberi penjelasan 'pedas', lalu disuruh menghafal.
besuknya disuruh murid mencoba.
baiklah jika cukup pada 'indrawi jasmani', tapi seni bersemayam pada 'rasa-jiwa'.

sampai hari ini belum diajarkan bagaimana memahami 'indah' itu indah, hingga keindahan merasuk ke dalam rasa jiwa, apalagi menikmati, menghayati (menghidupi) nuansa dan cita-rasa di jiwa

... 'indah' tidak hanya cukup disepakati dan dihafal, apalagi dihitung dengan angka matematika."


"Ya, anakku. kenyataannya pelajaran seni tidak dianggap lebih penting daripada pelajaran menghafal, bahasa dan berhitung yang cukup mudah untuk dinilai dengan angka.
perlu kamu maklumi anakku, aku juga masih 'gelisah' karena belum tahu bagaimana cara mengajarkan rasa yang aku rasakan.

kemarin aku cicipi cabe, aku bilang pedas. lalu kamu coba cicipi juga, tapi kamu bilang merah.
aku bilang batang kangkung itu ada hatinya, tapi kamu bilang hanya rongga kosong.

tunggu sebentar, anakku. aku sedang mencari cara agar kamu juga bisa 'menyunting bidadari penyaji kopi senja'


Catatan KGPHH Masnoen

(Guru Seni Budaya SMKN 2 Bojonegoro dan Komite Teater Dewan Kesenian Bojonegoro)
bojonegoro, awal mei 2010

Tidak ada komentar:

SPIRIT Of PROKLAMASI